BISAMA
(DESA PEKRAMAN PAYANGANDESA)
Setelah gagalnya pengerjaan
tanggul/tangluk antara Tukad Bangkung dan Tukad Ayung yang di pimpin oleh Kyai
Ngurah Ayunan maka Pasek Mengwi dan putra-putranya kembali ke Punggul. Namun I
Pasek Kaleran tidak ikut pulang ke Punggul, Beliau menetap di tepi sebelah
timur Tukad Ayung tepatnya di Desa Payangan (saat ini bernama Desa Pekraman
Payangandesa) atas ijin penguasa Payangan yaitu Anak Agung Geria. Karena
letaknya diantara Pura Bale Agung dan Pura Puseh, Pasek Kaleran ikut ngayahang
Pura Kayangan Tiga bersama penduduk yang telah ada (Bisama Pura Bala Utama
Taman Kaja, Ubud, hal. 73).
Berselang beberapa lama, I Pasek
Kaleran mendengar saudara-saudaranya akan mendirikan Penyiwian di tempat
peperangan dahulu yaitu di Desa Taman Kaja – Ubud, maka beliau ikut bergabung
untuk mendirikan Pura Penyiwian sesuai dengan janji beliau dulu saat berada di
Goa Gajah ketika air sungai Petanu meluap dan hampir memenuhi mulut goa. Pada
waktu itu Beliau berjanji kepada Ida Sanghyang Widi dalam manifestasinya
sebagai Dewi Gangga dan Betara Segara (Sanghyang Baruna), bahwa beliau akan
mendirikan tempat pemujaan jika dirinya selamat dari luapan air sungai Petanu
tersebut. Di tempat bekas terjadinya peperangan tersebut beliau pertama
mendirikan pura panyiwian ke segara yang diberi nama “Pura Tengahin Segara dan
Danu” dengan pelinggih utama meru tumpang tiga. Kemudian mendirikan “Pura Bala
Utama” untuk menghormati para leluhur yang wafat pada waktu peperangan (Bisama
Pura Bala Utama Taman Kaja – Ubud, hal. 80) .
Saudara-saudara dari I Pasek Kaleran
menetap di tepi Tukad Tawar di Desa Kutuh dan Desa Taman namun I Pasek Kaleran
menetap di Desa Payangan (Desa Pekraman Payangandesa). Setiap odalan di Pura Tengahin Segara dan
Pura Bala Utama yaitu pada hari Jumat Umanis wuku Menail beliau beserta
keturunannya atau Pratisentana Bendesa Manik Mas yang berada di Desa Pekraman
Payangandesa selalu ngaturang bakti ke pura tersebut dengan aturan sawentene.